Proyek Geotermal di Kota Batu Picu Keresahan: Ancaman Rusaknya Sumber Mata Air dan Lingkungan
acana proyek energi panas bumi di Kota Batu, Jawa Timur, menimbulkan kekhawatiran komunitas lingkungan. Proyek geotermal ini berpotensi merusak.
![]() |
(ilustrasi-pembangkit-listrik-panas-bumi-di-kota-batu-portaljatim24) |
PortalJatim24.com - Proyek Geotermal di Kota Batu Picu Keresahan Ancaman Rusaknya Sumber Mata Air dan Lingkungan. Kota Batu, Jawa Timur. Wacana realisasi proyek pemanfaatan energi panas bumi atau geotermal di wilayah Kota Batu hingga kini masih menyisakan tanda tanya. Meski belum ada kejelasan resmi dari pemerintah pusat maupun Pemerintah Kota Batu, sejumlah pihak mulai menyuarakan keresahan atas dampak lingkungan yang mungkin ditimbulkan.
Keresahan Komunitas Lingkungan Kota Batu Terhadap Proyek Geotermal
Kekhawatiran ini disuarakan oleh beberapa komunitas dan kolektif pemuda pecinta lingkungan di Kota Batu, seperti WALHI, Komunitas Jurnal Warga Gunung, dan Titik Dua Kolektif. Mereka menilai proyek ini berpotensi merusak lingkungan, terutama sumber mata air yang saat ini sudah mulai mengalami penurunan debit secara signifikan.
Ciwen Ilusi, anggota Titik Dua Kolektif, mengungkapkan, “Iya, informasinya ada di beberapa titik. Salah satu ada di sekitaran Cangar, lereng Arjuno-Welirang wilayah Kota Batu, sebagian lagi di Mojokerto. Desas-desusnya juga bakal direalisasikan pada 2030 mendatang.”
Data Wilayah Kerja Panas Bumi Arjuno-Welirang dan Songgoriti
Informasi proyek ini pernah disosialisasikan oleh Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) pada tahun 2024. Dalam data tersebut, terdapat dua Wilayah Kerja Panas Bumi (WKP) yang disebutkan, yaitu di kawasan Arjuno-Welirang dan Songgoriti.
Potensi Risiko Kerusakan Sumber Mata Air dan Ekosistem
Meskipun masih dalam tahap rencana, sejumlah komunitas menilai bahwa proyek ini lebih banyak membawa risiko dibandingkan manfaatnya. Pengeboran dan pembangunan infrastruktur geotermal dikhawatirkan dapat mengganggu keseimbangan ekosistem pegunungan serta memperparah krisis air bersih yang sudah mulai dirasakan oleh warga setempat.
“Tanpa proyek pun, sumber mata air sudah mulai mengering. Kalau benar-benar dilakukan pengeboran dan pengolahan panas bumi, kami takut kerusakannya tidak bisa dikendalikan,” tambah Ciwen.
Dampak Lingkungan Lain yang Dikhawatirkan
Selain ancaman terhadap sumber mata air, proyek ini juga berpotensi menimbulkan pencemaran akibat limbah pengeboran, gangguan terhadap flora dan fauna, serta perubahan struktur tanah yang bisa memicu bencana alam seperti longsor.
Seruan untuk Transparansi dan Kajian Mendalam
Hingga saat ini, belum ada pernyataan resmi dari Pemerintah Kota Batu maupun Kementerian ESDM terkait kepastian proyek ini. Masyarakat dan komunitas lingkungan terus menyerukan transparansi serta kajian Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL) yang mendalam sebelum proyek ini dijalankan.
Harapan Pelestarian Lingkungan dan Keterlibatan Publik
Sebagai kota yang terkenal dengan kekayaan alam dan potensi pariwisatanya, banyak pihak berharap Kota Batu tidak menjadi korban eksploitasi energi yang tidak berkelanjutan. Pemerintah diharapkan mengutamakan pelestarian lingkungan dan melibatkan publik dalam pengambilan keputusan strategis demi masa depan yang lebih lestari.
*(Publisher (AZAA/KK)