Parlemen Iran Menyetujui Usulan Penutupan Selat Hormuz, Dampak Besar Bagi Perdagangan Minyak Dunia
![]() |
(Pemimpin Tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei Sumber IRNA-OANA) |
Meskipun keputusan akhir masih menunggu otorisasi dari Dewan Keamanan Nasional Tertinggi Iran, sinyal politik ini telah cukup untuk memicu gejolak kekhawatiran pasar energi global.
Selat Hormuz: Jalur Kritis bagi Energi Dunia
Selat Hormuz, yang hanya memiliki lebar sekitar 33 kilometer di titik tersempitnya, merupakan jalur pengiriman vital antara Teluk Persia dan Teluk Oman. Menurut Administrasi Informasi Energi AS (EIA), pada tahun 2024, lebih dari 25% perdagangan minyak laut global dan sekitar 20% konsumsi minyak dunia melewati selat ini setiap hari.
Selain minyak, selat ini juga menjadi jalur ekspor penting untuk seperlima dari perdagangan gas alam cair (LNG) dunia, terutama dari Qatar.
Apa Dampak Jika Selat Hormuz Ditutup?
Penutupan Selat Hormuz bisa memicu krisis energi berskala global. Beberapa dampak yang diprediksi antara lain:
- Lonjakan harga minyak dan LNG secara global
- Gangguan pasokan energi ke negara-negara besar seperti India, Jepang, China, dan Eropa
- Efek domino terhadap harga komoditas dan transportasi dunia
Meskipun beberapa negara seperti Arab Saudi dan Uni Emirat Arab (UEA) memiliki jalur pipa alternatif ke Laut Merah dan Teluk Oman, kapasitas mereka tidak cukup untuk menggantikan arus sekitar 20 juta barel per hari yang biasa melintasi Selat Hormuz.
Ketegangan Meningkat, Risiko Konflik Terbuka
Langkah Iran ini dipandang sebagai respon keras terhadap agresi militer AS, namun juga bisa memperburuk konflik regional. Penutupan selat dapat memicu reaksi militer dari negara-negara Barat, terutama yang memiliki kepentingan strategis terhadap keamanan jalur perdagangan internasional.
Negara-negara konsumen utama energi kemungkinan besar akan mendesak kedua pihak untuk menurunkan tensi agar pasokan energi tetap stabil dan harga global tidak melonjak tajam.
Geopolitik, Energi, dan Masa Depan Pasar Global
Penutupan Selat Hormuz bukan hanya isu regional, melainkan persimpangan antara energi, geopolitik, dan stabilitas ekonomi dunia. Dunia masih belum sepenuhnya pulih dari efek konflik Ukraina dan ketegangan Laut Cina Selatan. Tambahan krisis di Teluk Persia bisa menjadi pemicu ketidakpastian ekonomi lanjutan.
Pihak analis energi memperkirakan bahwa jika penutupan benar-benar terjadi, harga minyak mentah bisa melonjak di atas USD 120 per barel, sementara LNG akan mengalami gangguan pengiriman yang serius.
Baca Juga: Data Kemenkes Lebih dari 2.000 Remaja Indonesia Terinfeksi HIV: Ini Cara Penularan, Gejala, dan Pencegahannya
*(Publisher (AZAA/KK)