Data Kemenkes Lebih dari 2.000 Remaja Indonesia Terinfeksi HIV: Ini Cara Penularan, Gejala, dan Pencegahannya

Remaja Indonesia Terinfeksi HIV – Kemenkes mencatat lebih dari 2.000 remaja positif HIV. Kenali cara penularan, gejala, dan pencegahannya.

(Infografis remaja Indonesia terinfeksi HIV, penyebab, gejala, dan cara pencegahan)

PortalJatim24.com - Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (Kemenkes) mengungkap fakta mencengangkan: lebih dari 2.000 remaja di Indonesia tercatat mengidap HIV. Temuan ini menggarisbawahi perlunya edukasi kesehatan seksual yang lebih kuat di kalangan generasi muda.

Dalam unggahan di akun Instagram resminya, Kemenkes menyebut bahwa masa pubertas adalah fase penuh rasa penasaran. Sayangnya, keinginan untuk mencoba hal baru, termasuk gaya hidup dan hubungan seksual, seringkali dilakukan tanpa memahami risiko yang menyertainya—termasuk tertular HIV.

Baca Juga: Dinkes Kota Malang Mencatat 190 Kasus HIV di 2025, Strategi PDP, Extra Hour, dan POC Dinilai Efektif

Apa Itu HIV dan Bagaimana Penyebarannya?

Human Immunodeficiency Virus (HIV) adalah virus yang menyerang sistem kekebalan tubuh manusia, terutama sel CD4. Jika tidak segera ditangani, infeksi HIV dapat berkembang menjadi AIDS (Acquired Immunodeficiency Syndrome), tahap paling lanjut di mana tubuh sangat rentan terhadap berbagai penyakit infeksi dan kanker.

Menurut Centers for Disease Control and Prevention (CDC) dan World Health Organization (WHO), HIV menular melalui cairan tubuh tertentu dari orang yang sudah terinfeksi, seperti:

-Darah

-Cairan sperma dan vagina

-Air susu ibu (ASI)

Cara Penularan HIV yang Umum Terjadi:

-Hubungan seksual tanpa kondom dengan pasangan yang terinfeksi

-Berbagi jarum suntik, terutama di kalangan pengguna narkoba suntik

-Transfusi darah yang tidak aman (meski kini prosedurnya sudah sangat diawasi)

-Penularan dari ibu ke bayi selama kehamilan, persalinan, atau menyusui

Penting untuk diketahui bahwa HIV tidak menular melalui kontak sosial biasa seperti berpelukan, berjabat tangan, batuk, bersin, atau berbagi peralatan makan.

Gejala HIV: Tersembunyi Tapi Berbahaya

HIV kerap dijuluki sebagai “penyakit seribu wajah” karena gejalanya tidak selalu jelas dan berbeda-beda pada tiap orang. Dilansir dari National Institutes of Health (NIH), berikut tahapan gejala HIV:

Infeksi Awal (Primary HIV Infection)

2–4 minggu setelah terpapar, sekitar 70% pengidap mengalami gejala mirip flu:

-Demam

-Sakit tenggorokan

-Ruam

-Pembengkakan kelenjar getah bening

Tahap Laten Klinis (Chronic HIV)

Pengidap bisa tidak menunjukkan gejala selama bertahun-tahun, namun virus terus berkembang dan melemahkan kekebalan tubuh secara perlahan.

AIDS (Tahap Akhir)

-Gejala berat mulai muncul, seperti:

-Penurunan berat badan drastis

-Pneumonia dan infeksi berat lainnya

-Kanker tertentu (contohnya sarkoma Kaposi)

-Kelelahan parah dan diare kronis

Remaja dalam Bahaya: Siapa yang Paling Rentan Terinfeksi?

Data dari UNAIDS dan WHO menunjukkan bahwa HIV masih menjadi krisis kesehatan global. Kelompok-kelompok yang masuk dalam kategori risiko tinggi antara lain:

-Pekerja seks

-Pengguna napza suntik

-Transgender

-Pelaku hubungan sesama jenis

-Pasangan dari orang yang positif HIV

-Bayi yang lahir dari ibu dengan HIV

Rendahnya edukasi, stigma sosial, dan akses layanan kesehatan yang terbatas semakin memperbesar risiko penyebaran virus ini, terutama pada kelompok remaja.

Cara Mencegah Penularan HIV

Pencegahan HIV memerlukan kombinasi edukasi, tindakan medis, dan perubahan perilaku. WHO dan CDC menyarankan beberapa langkah efektif berikut:

Gunakan Kondom

Penggunaan kondom secara konsisten saat berhubungan seksual sangat penting, terutama jika berganti pasangan.

Lakukan Tes HIV Secara Rutin

Deteksi dini dapat membantu memutus rantai penularan.

Pre-Exposure Prophylaxis (PrEP)

Obat ini dapat dikonsumsi sebelum terpapar risiko sebagai tindakan pencegahan.

Jangan Berbagi Jarum Suntik

Terutama di kalangan pengguna narkoba suntik dan dalam prosedur medis yang tidak steril.

5. Terapi untuk Ibu Hamil Positif HIV

Ibu hamil yang mengidap HIV perlu menjalani terapi antiretroviral (ART) untuk mencegah penularan pada bayi.

Hapus Stigma, Perkuat Edukasi

Stigma membuat banyak orang enggan melakukan tes atau berobat. Edukasi yang terbuka dan empatik sangat penting.

Harapan Hidup Pasien HIV Kini Lebih Baik

Meski belum ditemukan obat yang benar-benar menyembuhkan, kemajuan terapi ART membuat penderita HIV dapat hidup sehat dan produktif layaknya orang tanpa HIV. Namun, kunci keberhasilan pengobatan adalah deteksi dini dan kedisiplinan menjalani terapi.

Penutup:

Melawan HIV Adalah Tanggung Jawab Bersama

Lebih dari sekadar isu medis, HIV adalah tantangan sosial dan edukatif. Lonjakan kasus pada remaja menjadi pengingat penting bahwa edukasi kesehatan seksual harus dimulai sejak dini. Setiap individu, orang tua, guru, dan masyarakat punya peran dalam menyebarkan informasi yang benar, menghapus stigma, dan mendorong langkah pencegahan yang nyata.

“Melawan HIV bukan hanya tugas dokter, tapi tanggung jawab kita semua.”

Baca Juga: Viral Polres Malang Bongkar Penyelundupan 300 Gram Ganja Asal Malaysia, Dua Pelaku Ditangkap


 *(Publisher (AZAA/KK)