Kajian Filsafat Pancasila Sebagai Sistem Nilai dalam Tatanan Sosial Modern 2025

Kajian mendalam filsafat Pancasila sebagai sistem nilai dalam tatanan sosial modern 2025. Penjabaran nilai-nilai Pancasila, relevansi etika sosial.

(Ilustrasi 3D siswa belajar filsafat Pancasila sebagai sistem nilai 2025)
PortalJatim24.com - Pendidikan - Pancasila bukan hanya dasar negara, tetapi juga merupakan sistem nilai yang bersifat dinamis dan mampu mengarahkan kehidupan sosial, politik, ekonomi, dan budaya bangsa Indonesia. Dalam konteks 2025, di tengah tatanan sosial modern yang terus berubah dengan perkembangan teknologi, arus globalisasi, serta tantangan disrupsi nilai kajian filsafat Pancasila menjadi semakin relevan.

Baca Juga: Panduan Lengkap Memahami Pancasila Sebagai Weltanschauung Untuk Generasi Bangsa

Apa Itu Filsafat Pancasila?

Pengertian dan Ruang Lingkup

Filsafat Pancasila adalah kajian reflektif dan mendalam terhadap makna, struktur, dan relevansi lima sila Pancasila sebagai sistem nilai dasar bangsa Indonesia. Secara filsafati, Pancasila menggambarkan pandangan hidup (weltanschauung), dasar ontologis (hakikat manusia dan kehidupan), epistemologis (cara memperoleh kebenaran), dan aksiologis (nilai yang membimbing tindakan).

Menurut Prof. Notonagoro, Pancasila adalah "filsafat yang bersumber pada kepribadian dan pandangan hidup bangsa Indonesia." Ia tidak dibuat-buat atau diimpor dari luar, melainkan tumbuh dari nilai-nilai asli budaya Nusantara, seperti gotong royong, musyawarah, dan toleransi.

Nilai Dasar, Instrumental, dan Praktis

Nilai dasar: Lima sila Pancasila sebagai prinsip universal bangsa: Ketuhanan, Kemanusiaan, Persatuan, Kerakyatan, dan Keadilan Sosial.

Nilai instrumental: Norma-norma perundang-undangan dan kebijakan publik yang menerjemahkan nilai dasar ke dalam sistem pemerintahan.

Nilai praktis: Implementasi nilai dalam perilaku sehari-hari, seperti menghargai perbedaan, membayar pajak, tidak korupsi, dan membantu sesama.

Filsafat Kebangsaan dalam Konteks Global

Di tengah dominasi globalisasi dan nilai-nilai liberalisme, Pancasila tetap menjadi pelindung jati diri bangsa. Ini menjadikannya relevan untuk dikaji ulang dalam konteks tatanan sosial modern yang serba cepat, kompetitif, dan cenderung individualistik.

Sistem Nilai Pancasila dalam Tatanan Sosial Modern

✔Ketuhanan dalam Era Pluralisme Agama

Tatanan sosial modern diwarnai dengan interaksi lintas budaya dan keyakinan. Pancasila menempatkan Ketuhanan Yang Maha Esa sebagai pengakuan terhadap spiritualitas bangsa tanpa memaksakan agama tertentu.

Contoh konkret: Di Yogyakarta, sejumlah sekolah mengembangkan kegiatan lintas agama seperti "dialog iman" dan proyek sosial antar siswa dari latar belakang keyakinan berbeda.

✔Kemanusiaan di Tengah Krisis Moral Global

Teknologi mempercepat informasi, tetapi juga memicu dehumanisasi dan budaya instan. Pancasila menegaskan pentingnya memperlakukan setiap manusia secara adil dan beradab.

Contoh konkret: Mahasiswa psikologi menyelenggarakan kampanye anti-bullying digital di media sosial untuk mendorong empati dan keadilan antar pengguna platform.

✔Persatuan dalam Konteks Nasionalisme Digital

Media sosial seringkali memperbesar perbedaan identitas politik, agama, dan budaya. Nilai persatuan menjadi penjaga stabilitas nasional.

Contoh konkret: Konten kreator lokal di Papua membuat seri video edukasi tentang kekayaan budaya Indonesia Timur dalam rangka memperkuat narasi nasionalisme inklusif.

✔Kerakyatan dalam Demokrasi Partisipatif

Masyarakat modern menuntut bentuk demokrasi yang lebih inklusif dan deliberatif. Nilai kerakyatan mengutamakan musyawarah yang adil dan tidak otoriter.

Contoh konkret: Forum warga berbasis aplikasi seperti Qlue atau Lapor.go.id menjadi sarana baru untuk menyampaikan aspirasi rakyat secara digital.

✔Keadilan Sosial dalam Ekonomi Digital dan Inklusif

Kesenjangan sosial semakin tampak akibat kesenjangan akses teknologi dan informasi. Sila keadilan sosial menekankan pentingnya distribusi keadilan bagi seluruh lapisan masyarakat.

Contoh konkret: Program Kartu Prakerja diperluas jangkauannya ke daerah 3T (tertinggal, terdepan, terluar) untuk memastikan keadilan akses pelatihan kerja berbasis digital.

Baca Juga Artikel: 10 Panduan Merancang Program Penguatan Pendidikan Karakter untuk Guru dan Mahasiswa 2025

Dimensi Kontekstual: Menghidupkan Pancasila dalam Era Revolusi Industri 5.0

Revolusi industri 5.0 menekankan kolaborasi antara manusia dan teknologi secara harmonis. Dalam konteks ini, nilai-nilai Pancasila harus menjadi kerangka etika dan pedoman interaksi sosial digital.

-Kecerdasan buatan (AI) harus dikembangkan dengan prinsip keadilan, tidak diskriminatif.

-Transformasi pendidikan harus inklusif dan tidak mematikan budaya lokal.

-Ekonomi digital harus berbasis kerakyatan dan tidak meminggirkan kelompok rentan.

Etika Digital Berbasis Pancasila

Konsep etika digital berbasis Pancasila penting dikembangkan untuk menanggulangi masalah hoaks, ujaran kebencian, dan kejahatan siber.

Perspektif Ahli: Urgensi Filsafat Pancasila dalam Konteks Kekinian

Dr. Yudi Latif, MA, Ph.D. - Cendekiawan Pancasila

"Pancasila adalah kekayaan bangsa yang harus kita tafsirkan terus-menerus, bukan sekadar diwarisi. Ia hidup dalam keberagaman dan evolusi zaman."

Prof. Kaelan, M.S. - Akademisi Filsafat UGM

"Sebagai filsafat, Pancasila memberikan arah bagi bangunan moral bangsa, termasuk bagaimana kita bersikap dalam ruang publik dan merumuskan kebijakan."

Prof. Franz Magnis-Suseno - Filsuf Sosial

 "Filsafat Pancasila berfungsi sebagai etika sosial yang mendalam. Ia menolak ekstrimisme dan menjunjung tinggi inklusivitas."

Strategi Penguatan Filsafat Pancasila dalam Kehidupan Sosial 2025

✔Pendidikan Karakter dan Literasi Nilai

-Reorientasi kurikulum pendidikan dari sekadar hafalan sila menjadi pembelajaran berbasis pemecahan masalah dan nilai.

-Pembelajaran Pancasila berbasis proyek kolaboratif, seperti proyek komunitas berbasis keadilan sosial.

✔Optimalisasi Peran Media Sosial

-Kampanye digital dengan narasi positif berbasis nilai Pancasila oleh influencer, pendidik, dan organisasi mahasiswa.

-Penggunaan microlearning (konten pendek) untuk menginternalisasikan nilai melalui platform TikTok, Instagram Reels, dan YouTube Shorts.

✔Integrasi Pancasila dalam Kebijakan Publik

-Penyusunan regulasi yang mencerminkan prinsip-prinsip Pancasila dalam sektor ekonomi, digitalisasi, pendidikan, dan lingkungan.

-Audit etika kebijakan berdasarkan indikator Pancasila (misalnya dampak sosial-ekonomi terhadap kelompok rentan).

✔Pelibatan Generasi Z dan Milenial

-Kompetisi vlog atau karya tulis ilmiah tentang filsafat Pancasila.

-Pelatihan fasilitator muda untuk program literasi nilai Pancasila di sekolah dan komunitas.

✔Pembentukan Ekosistem Sosial Berbasis Nilai

-Pemberdayaan desa berbasis sila kelima.

-Pembangunan zona integritas berbasis nilai Pancasila di sektor pelayanan publik.

Tantangan Aktual dan Solusi Implementatif

Tantangan

Dampak

Solusi

Polarisasi identitas

Meningkatkan intoleransi dan konflik

Penguatan dialog lintas identitas dan pengajaran multikulturalisme

Krisis kepercayaan publik

Munculnya apatisme dan delegitimasi negara

Kepemimpinan berintegritas dan reformasi birokrasi

Kemiskinan dan ketimpangan

Menghambat keadilan sosial

Inovasi ekonomi berbasis digital inklusif

Disrupsi nilai oleh budaya luar

Kehilangan jati diri bangsa

Kampanye budaya dan revitalisasi pendidikan karakter

Individualisme ekstrem

Tergerusnya solidaritas sosial

Penguatan budaya gotong royong di lingkungan komunitas

Penutup: Menghidupkan Kembali Filsafat Pancasila dalam Realitas Modern

Kajian filsafat Pancasila sebagai sistem nilai dalam tatanan sosial modern tahun 2025 merupakan refleksi mendalam atas kebutuhan bangsa untuk merumuskan kembali nilai-nilai dasar dalam konteks kontemporer. Filsafat Pancasila tidak boleh dipisahkan dari kehidupan sehari-hari; ia adalah moral kompas yang memandu individu dan bangsa.

Dengan menjadikan filsafat Pancasila sebagai sistem nilai, kita membentuk masyarakat yang tidak hanya cerdas secara intelektual, tetapi juga tangguh secara moral. Ini bukan hanya soal nasionalisme sempit, tetapi tentang menciptakan tatanan sosial yang adil, damai, dan berkeadaban tinggi.

Baca Juga: 10 Cara Memahami Pembelajaran Inklusif: Panduan untuk Guru dan Mahasiswa PGSD 2025

Publisher/Penulis:[Tim Redaksi portaljatim24.com (AZAA/KK)]

Daftar Referensi:

1. Notonagoro. (1975). Pancasila Secara Ilmiah Populer. Jakarta: Pantjuran Tujuh.

2. Kaelan. (2013). Pendidikan Pancasila. Yogyakarta: Paradigma.

3. Yudi Latif. (2011). Negara Paripurna: Historisitas, Rasionalitas, dan Aktualitas Pancasila. Jakarta: Gramedia.

4. BPIP. (2023). Modul Pendidikan Pancasila untuk Perguruan Tinggi.

5. Magnis-Suseno, Franz. (2001). Etika Sosial: Dasar dan Prinsip Kehidupan Bersama. Jakarta: Gramedia.

6. Kemdikbudristek. (2024). Kurikulum Merdeka dan Implementasi Pendidikan Karakter.

7. Badan Pusat Statistik. (2023). Indeks Ketimpangan Sosial dan Digital di Indonesia.

8. World Economic Forum. (2023). Global Social Mobility Report.

9. Kominfo RI. (2024). Strategi Nasional Literasi Digital 2021–2025.