Ringkasan Sejarah Sastra Indonesia Lengkap untuk Mahasiswa Baru
![]() |
| (Ilustrasi Ringkasan sejarah sastra Indonesia lengkap untuk mahasiswa baru) |
Menurut A. Teeuw, sastra Indonesia merupakan “dokumen perkembangan budaya yang terus berubah mengikuti transformasi sosial bangsa Indonesia.” Sedangkan Prof. Sapardi Djoko Damono menyatakan bahwa mempelajari sastra berarti “memahami cara manusia Indonesia menangkap pengalaman dan menuliskan dunia sekitarnya melalui bahasa.”
Artikel ini menyajikan perjalanan sejarah sastra Indonesia secara lengkap, detail, dan terstruktur agar mahasiswa baru memiliki dasar akademik yang kuat.
Baca Artikel Lainnya: Panduan Lengkap Memahami Morfologi Bahasa untuk Mahasiswa FBS Semester Awal
✅Pengertian dan Ruang Lingkup Sastra Indonesia
Sebelum masuk ke sejarahnya, penting memahami apa yang disebut sebagai “sastra Indonesia”. Sastra Indonesia mencakup seluruh karya sastra yang ditulis dalam bahasa Indonesia atau bahasa-bahasa leluhurnya seperti Melayu Kuno dan Melayu Klasik. Ini termasuk puisi, prosa, drama, hikayat, syair, novel, cerpen, hingga karya eksperimental modern.
Menurut H.B. Jassin, sastra Indonesia adalah “ungkap rasa, cipta, dan karsa bangsa Indonesia melalui medium bahasa Indonesia.” Ruang lingkupnya tidak hanya nilai estetika, tetapi juga nilai moral, sosial, historis, dan filosofis.
✅Masa Sastra Melayu Kuno (Abad ke-7 hingga 14)
Masa pertama dalam sejarah sastra Indonesia dimulai dari hadirnya prasasti-prasasti Melayu Kuno yang menggunakan aksara Pallawa dan bahasa Melayu yang dipengaruhi tradisi India. Meski bentuknya belum berupa sastra naratif yang lengkap, tetapi fungsi dan nilai literernya sangat besar, terutama dalam mencerminkan sistem politik dan religius masyarakat.
Karakteristik:
- Bahasa padat, formal, dan penuh istilah Sanskerta.
- Berorientasi pada legitimasi kekuasaan dan keagamaan.
- Berbentuk prasasti dan kadang bagian dari teks keagamaan.
Penjelasan Detail:
Karya-karya seperti Prasasti Kedukan Bukit, Talang Tuwo, dan Kota Kapur menggambarkan kekuasaan Sriwijaya yang kuat, sekaligus menunjukkan bahwa sistem tulis-menulis sudah mapan. Peran sastra pada masa ini lebih bersifat dokumentatif dan religius.
Menurut Poerbatjaraka, prasasti-prasasti tersebut bukan sekadar catatan politik, tetapi juga awal mula tradisi literasi Nusantara yang kelak berkembang menjadi karya sastra naratif.
Implementasi untuk Mahasiswa:
- Menganalisis aspek kebahasaan berupa penggunaan kata serapan Sanskerta.
- Mengamati fungsi teks sebagai legitimasi kekuasaan kerajaan.
✅Masa Sastra Melayu Klasik (Abad ke-15 hingga 19)
Pada masa ini, sastra Nusantara memasuki fase yang lebih matang dengan munculnya hikayat, syair, gurindam, dan kitab petuah. Bahasa Melayu Klasik dipengaruhi kuat oleh Islam, dan bentuk karya sudah lebih naratif, lengkap dengan alur dan tokoh.
Karakteristik:
- Banyak karya bersifat didaktik, moral, dan heroik.
- Struktur naratif berulang, tokoh sering idealis.
Nama-nama seperti Hang Tuah, Raja Ali Haji, dan Hamzah Fansuri menjadi ikon.
Penjelasan Detail:
Hikayat Hang Tuah misalnya, menggambarkan harmoni antara kepahlawanan, kesetiaan, dan nilai-nilai feodal yang dominan. Sedangkan Gurindam Dua Belas karya Raja Ali Haji menjadi contoh bagus karya moral-filosofis yang membentuk karakter bangsa.
Tokoh seperti Hamzah Fansuri, seorang penyair sufi dari Aceh, memperkenalkan gaya puisi yang memadukan metafora tasawuf dan pengalaman spiritual. Karya-karya ini menunjukkan integrasi budaya Melayu dengan Islam, sebagaimana dijelaskan oleh Azyumardi Azra yang menyebutnya sebagai proses “Islamisasi intelektual Nusantara”.
Implementasi untuk Mahasiswa:
- Analisis struktur hikayat
- Identifikasi nilai Islam dan budaya lokal
- Kajian perbandingan dengan sastra modern
Baca Juga: Panduan Dasar Menulis Esai Sastra Sesuai Standar Akademik untuk Mahasiswa Baru
✅Masa Pra-Balai Pustaka (1890 -1920)
Ini adalah masa peralihan dari sastra tradisional menuju modern, ditandai dengan munculnya karya-karya yang memuat kritik sosial dan konflik budaya, serta penggunaan bahasa Melayu yang lebih dekat dengan bahasa Indonesia modern.
Penjelasan Detail:
Karya-karya seperti Siti Nurbaya atau Salah Asuhan menggambarkan benturan antara adat dan modernitas, pendidikan Barat, serta persoalan kolonialisme. Karya ini menunjukkan bahwa sastra mulai digunakan sebagai media kritik dan refleksi sosial.
Menurut Ajip Rosidi, periode ini adalah “masa lahirnya kesadaran baru bahwa sastra bisa menjadi alat perubahan sosial”.
Implementasi:
- Membaca novel sebagai cermin perubahan sosial kolonial.
- Mengidentifikasi kritik terhadap struktur adat.
✅Angkatan Balai Pustaka (1920 -1942)
Balai Pustaka didirikan oleh pemerintah kolonial, namun ironisnya justru melahirkan tonggak sastra modern Indonesia. Bahasa Indonesia mulai dibakukan; cerita lebih realistis; struktur novel semakin kuat.
Penjelasan Detail:
Karya seperti Azab dan Sengsara, Layar Terkembang, dan Siti Nurbaya menghadirkan tema pendidikan, nasionalisme, emansipasi perempuan, dan modernitas. Sutan Takdir Alisjahbana (STA) adalah tokoh penting yang mendorong orientasi sastra ke arah rasionalitas dan kemajuan.
Menurut STA, sastra harus berfungsi mendidik bangsa menuju pemikiran modern. Ia memandang sastra sebagai alat menumbuhkan kemajuan intelektual.
Implementasi:
- Analisis tokoh perempuan dalam novel Balai Pustaka
- Kajian konflik adat vs modernitas
✅Angkatan Pujangga Baru (1933-1942)
Majalah Poedjangga Baroe menjadi wadah sastrawan yang menginginkan pembaruan estetika dan nasionalisme yang lebih kuat.
Penjelasan Detail:
Generasi ini memperjuangkan kebebasan ekspresi, individualisme, dan identitas kebangsaan. Karya-karya Amir Hamzah, seperti Nyanyi Sunyi, memadukan lirik spiritual dan estetika modern. Sedangkan Armijn Pane, melalui Belenggu, menggambarkan konflik batin modern yang kompleks.
Menurut H.B. Jassin, Pujangga Baru adalah periode “pematangan intelektual sastra Indonesia”.
Implementasi:
- Analisis majas dan diksi Amir Hamzah
- Menganalisis konflik psikologis dalam Belenggu
✅Angkatan 1945
Periode ini ditandai ledakan ekspresi kebebasan menjelang dan setelah kemerdekaan. Sastra menjadi corong perjuangan.
Penjelasan Detail:
Tokoh paling berpengaruh adalah Chairil Anwar, yang membawa gaya ekspresionisme modern dan diksi lugas. Puisinya menggambarkan semangat individualisme, kegelisahan, dan keberanian.
Sastra masa ini mengangkat tema perang, kemerdekaan, eksistensi manusia, dan semangat pemuda. Bahasa lebih padat, berani, dan revolusioner.
Menurut Ahli:
A. Teeuw menyebut Chairil Anwar sebagai “penyair yang membuka babak baru sastra Indonesia modern”.
Implementasi:
Analisis diksi dan gaya ekspresionis Chairil
Membandingkan puisi perang dari sastrawan lain
✅Angkatan 1950 -1960 (Angkatan Rawamangun dan Sastra Ideologis)
Pada masa ini, gagasan-gagasan politik dan ideologi mulai sangat memengaruhi karya sastra. Beberapa kelompok muncul seperti LEKRA (berhaluan kiri) dan Manikebu (lebih humanistik).
Penjelasan Detail:
Sastra realisme sosial menjadi dominan, dengan karya-karya yang menggambarkan nasib rakyat, buruh, petani, dan persoalan kelas sosial.
Karya penting masa ini:
- Pramoedya Ananta Toer (fase awal)
- Rivai Apin
- Subagio Sastrowardoyo
Menurut Benedict Anderson, sastra Indonesia masa ini adalah “arena pertempuran ideologi”.
Implementasi:
- Membaca cerpen realis dengan kacamata politik identitas
- Mengidentifikasi kritik sosial dalam teks
Baca Juga: Panduan Lengkap Memahami Fonologi Dasar Bahasa Indonesia untuk Mahasiswa Baru
✅Angkatan 1966 dan Sastra Orde Baru
Setelah G30S, sastra Indonesia memasuki fase baru. Banyak karya dilarang, terutama dari LEKRA. Namun, gaya menulis lebih bebas dalam segi tema pribadi dan humanistik.
Penjelasan Detail:
Pramoedya Ananta Toer menulis Tetralogi Buru, yang menjadi salah satu karya paling monumental. Meskipun ditulis dalam penjara, novel-novel ini menggambarkan perjuangan identitas bangsa, kolonialisme, dan kemanusiaan dengan kedalaman luar biasa.
Tokoh penting lainnya:
- Taufiq Ismail
- Danarto (sastra surealis)
- Putu Wijaya (teater absurd)
Menurut Goenawan Mohamad, sastra masa ini adalah “ruang kecil kebebasan di tengah tekanan politik.”
Implementasi:
- Analisis struktur naratif Tetralogi Buru
- Kajian estetika absurdis Putu Wijaya
✅Sastra Reformasi dan Kontemporer (1998-Sekarang)
Sastra Indonesia kontemporer lebih beragam, bebas, dan eksperimental.
Penjelasan Detail:
Tema-tema seperti identitas gender, politik tubuh, urbanisasi, konflik sosial, dan budaya digital muncul kuat. Banyak sastrawan perempuan seperti Ayu Utami, Dewi Lestari, Oka Rusmini, dan Leila S. Chudori mendominasi panggung sastra modern.
Selain itu, era internet melahirkan genre baru: flash fiction, puisi digital, dan novel platform.
Menurut John H. McGlynn, sastra modern Indonesia kini “lebih kosmopolit dan intertekstual dibanding periode sebelumnya.”
Implementasi untuk Mahasiswa:
- Analisis novel kontemporer dengan pendekatan intertekstual
- Membuat esai tentang representasi identitas dalam novel modern
Kesimpulan
Sejarah sastra Indonesia adalah perjalanan panjang yang menunjukkan perubahan sosial, budaya, politik, dan psikologis bangsa. Dari prasasti hingga novel digital, dari hikayat hingga karya eksperimental, sastra Indonesia terus bertransformasi mengikuti zaman. Memahami perkembangannya membantu mahasiswa baru melihat bagaimana bahasa, estetika, dan ideologi saling memengaruhi.
Publisher/Penulis:
[Tim Redaksi portaljatim24.com (AZAA/KK)]
Daftar Referensi
A. Teeuw. Sastra Indonesia Modern I-II.
H.B. Jassin. Kesusastraan Indonesia.
Sapardi Djoko Damono. Sastra dan Budaya.
Azyumardi Azra. Jaringan Ulama Nusantara.
Ajip Rosidi. Ikhtisar Sejarah Sastra Indonesia.
Benedict Anderson. Imagined Communities.
Goenawan Mohamad. Catatan Pinggir.
John H. McGlynn. Lembaga Yayasan Lontar.
