Fakta Psikologis Mengapa Manusia Tidak Bisa Menelan dan Bernapas Bersamaan
Temukan penjelasan psikologis dan ilmiah lengkap tentang mekanisme tubuh ini, lengkap dengan fakta unik dan pendapat ahli.
![]() |
(Ilustrasi 3D seorang pria mencoba menelan sambil bernapas, menjelaskan fakta psikologis manusia) |
PortalJatim24.com - Fakta - Edukasi - Pernahkah Anda mencoba menelan air sambil bernapas dan menyadari bahwa hal tersebut mustahil dilakukan secara bersamaan? Ini bukanlah kelemahan tubuh manusia, melainkan sistem pertahanan biologis dan psikologis yang sangat kompleks. Artikel ini membahas fakta psikologis mengapa manusia tidak bisa menelan dan bernapas bersamaan, mengupas tuntas dari sisi anatomi, neurologi, dan perilaku.
Apa Itu Mekanisme Menelan dan Bernapas?
Sebelum membahas mengapa keduanya tidak bisa dilakukan secara bersamaan, mari kita pahami dulu apa itu menelan dan bernapas:
Menelan adalah proses fisiologis saat makanan atau cairan dipindahkan dari mulut ke kerongkongan.
Bernapas adalah proses memasukkan udara ke paru-paru dan mengeluarkannya.
Keduanya melibatkan organ yang sama, yakni faring (tenggorokan bagian atas), tetapi dengan jalur yang berbeda.
Fakta Psikologis dan Biologis di Balik Fenomena Ini
Peran Epiglotis dalam Mencegah Konflik Jalur
Ketika kita menelan, sebuah katup bernama epiglotis akan menutup saluran napas agar makanan tidak masuk ke trakea. Ini mencegah tersedak. Epiglotis bekerja otomatis, dipengaruhi oleh sistem saraf otonom yang juga mengatur refleks psikologis.
Menurut Dr. Sandra K. Hunter, pakar fisiologi dari Marquette University:
“Koordinasi antara epiglotis dan sistem pernapasan adalah hasil evolusi untuk mencegah kegagalan vital seperti tersedak atau aspirasi.”
Mengapa Otak Tidak Mengizinkan Menelan dan Bernapas Bersamaan?
Otak manusia memprioritaskan fungsi bertahan hidup. Menelan dan bernapas dianggap dua fungsi penting, namun dilakukan bergantian agar tidak saling mengganggu.
Prefrontal cortex dan medula oblongata berperan dalam mengatur proses ini.
Otak memberikan perintah sekuensial (satu per satu), bukan paralel.
Hubungan dengan Sistem Saraf Otonom
Sistem saraf otonom mengatur fungsi vital tanpa kesadaran penuh. Ketika kita makan, sistem ini secara otomatis mengarahkan kita untuk menahan napas sejenak.
Mekanisme ini disebut juga sebagai refleks faringeal.
Kegagalan sistem ini bisa menyebabkan aspirasi paru-paru atau penyakit pneumonia aspirasi.
Perspektif Psikologis: Otak dan Penghindaran Risiko
Dari sisi psikologi evolusioner, manusia mengembangkan sistem perlindungan terhadap bahaya melalui mekanisme antisipasi bahaya.
Otak “mengunci” fungsi napas saat menelan karena pernah mengasosiasikan kegagalan dengan kematian.
Proses ini dikenal sebagai inhibisi perilaku adaptif.
Fakta Unik yang Jarang Diketahui
Bayi memiliki kemampuan bernapas dan menelan hampir bersamaan karena posisi laring yang berbeda.
Seiring tumbuh dewasa, posisi laring turun, membuat fungsi ini tidak lagi bisa dilakukan bersamaan.
Beberapa hewan seperti paus dan burung juga memiliki mekanisme berbeda untuk menghindari konflik ini.
Fakta Tambahan yang Jarang Diketahui Tapi Penting
-Manusia Satu-Satunya Primata dengan Penurunan Laring Permanen
Secara evolusioner, manusia adalah satu-satunya primata yang mengalami penurunan laring secara signifikan demi kemampuan bicara yang kompleks. Namun, akibat dari fitur ini adalah hilangnya kemampuan untuk menelan dan bernapas secara bersamaan.
"Kita membayar harga untuk bisa bicara. Laring kita turun demi artikulasi suara, tapi mengorbankan jalur ganda yang aman untuk makan dan bernapas,” – Dr. Philip Lieberman, Profesor Linguistik dan Kognitif, Brown University.
-Risiko Lebih Tinggi pada Lansia dan Penderita Stroke
Fungsi refleks menelan dapat melemah seiring bertambahnya usia atau akibat gangguan neurologis seperti stroke. Hal ini meningkatkan risiko aspirasi, tersedak, atau pneumonia aspirasi.
Lansia dan pasien stroke perlu pengawasan saat makan
Terapi menelan dan pengaturan posisi tubuh menjadi penting dalam perawatan mereka
Apakah Bisa Dilatih Agar Bisa Melakukan Keduanya?
Jawabannya tidak sepenuhnya. Beberapa teknik seperti meditasi dan latihan pernapasan bisa meningkatkan kesadaran tubuh, tetapi sistem dasar tidak bisa diubah karena bersifat refleks.
Menurut ahli:
“Melatih menelan dan bernapas bersamaan tidak mungkin secara biologis, tapi kita bisa melatih pengendalian momen menelan,” – Dr. Andy Clark, kognitif neuroscience, Cambridge.
Efek Jika Mekanisme Ini Tidak Berfungsi
Jika seseorang bisa menelan dan bernapas bersamaan, kemungkinan besar:
Akan mengalami tersedak
Meningkatkan risiko infeksi paru
Menyebabkan aspirasi makanan ke paru-paru, kondisi yang bisa fatal
Penutup:
Mengapa Manusia Tidak Bisa Menelan dan Bernapas Bersamaan
Secara psikologis dan biologis, manusia tidak bisa menelan dan bernapas bersamaan karena otak dirancang untuk mencegah risiko kematian mendadak. Proses ini merupakan hasil dari jutaan tahun evolusi, dengan sistem saraf dan anatomi tubuh yang telah menyempurnakan refleks ini.
*(Penulis/Publisher (AZAA)
Referensi:
1. Lieberman, P. (1991). Uniquely Human: The Evolution of Speech, Thought, and Selfless Behavior.
2. Hunter, S.K. (2020). “Physiology of Swallowing.” Marquette University Lecture Notes.
3. Clark, A. (2015). Surfing Uncertainty: Prediction, Action, and the Embodied Mind.
4. National Institute on Aging (NIA) – “Dysphagia in Older Adults.”
5. American Speech-Language-Hearing Association – Resources on Swallowing Disorders.