Dinkes Kota Malang Mencatat 190 Kasus HIV di 2025, Strategi PDP, Extra Hour, dan POC Dinilai Efektif

Dinkes Kota Malang mencatat 190 kasus HIV sepanjang 2025. Strategi PDP, Extra Hour, dan POC efektif tekan penyebaran.

 

(Ilustrasi 3D edukatif tentang kasus HIV di Kota Malang tahun 2025)

PortalJatim24.com - Kota Malang kembali menghadapi tantangan serius dalam bidang kesehatan masyarakat. Sebagai salah satu kota tujuan pendidikan dan migrasi kerja, Malang tak hanya menjadi pusat pertumbuhan ekonomi dan budaya, tapi juga rawan terhadap penyebaran penyakit menular seperti HIV/AIDS. Data terbaru dari Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Malang mencatat bahwa hingga pertengahan tahun 2025, terdapat 190 kasus HIV yang terkonfirmasi.  

Di tengah kekhawatiran itu, upaya sistematis terus dilakukan melalui strategi terpadu berbasis layanan kesehatan dan edukasi masyarakat. Pendekatan yang dijalankan pun mulai menunjukkan hasil positif karena tren kasus tidak menunjukkan lonjakan signifikan dibandingkan tahun sebelumnya.

Jumlah Kasus HIV di Kota Malang Tahun 2025 Masih Bertahan

Kota Malang, yang dikenal sebagai kota pelajar dan tujuan para perantau untuk bekerja atau mengenyam pendidikan, kembali mencatat angka signifikan dalam kasus Human Immunodeficiency Virus (HIV). Data terbaru dari Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Malang menyebutkan bahwa pada tahun 2025, terdapat 190 kasus HIV yang terlaporkan.  

Meskipun jumlah ini tidak meningkat drastis dibandingkan tahun sebelumnya, tetap menjadi perhatian serius karena sifat penyakit yang menular dan berdampak jangka panjang terhadap kesehatan masyarakat.

Baca Juga: Eks Direktur Polinema Ditahan Terkait Dugaan Korupsi Pengadaan Tanah, Kampus Tegaskan Kasus Ini Bersifat Personal

Strategi Pencegahan HIV oleh Dinkes Kota Malang

Program Perawatan Dukungan dan Pengobatan (PDP)

Menurut Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Dinkes Kota Malang, Meifta Eti Winindar, pendekatan utama dalam menangani kasus HIV adalah melalui strategi PDP (Perawatan Dukungan dan Pengobatan). Layanan ini bersifat terpadu dan menyentuh aspek medis, psikologis, hingga sosial bagi orang dengan HIV (ODHIV).

“Semua puskesmas di Kota Malang sudah bisa memberikan layanan ini. Jumlahnya ada 16 unit dan tersebar di lima kecamatan,” jelas Meifta.

Layanan Extra Hour di Puskesmas

Layanan tambahan bernama Extra Hour juga digulirkan untuk mempermudah pasien HIV mendapatkan perawatan. Program ini diterapkan di dua lokasi, yakni Puskesmas Dinoyo dan Pandawangi, dengan waktu pelayanan yang diperpanjang bagi penderita penyakit menular seksual.

Sistem Point of Care (POC)

Untuk meningkatkan kepatuhan dalam konsumsi obat antiretroviral (ARV), Dinkes juga menerapkan sistem POC (Point of Care). POC memberikan pengingat dan layanan terintegrasi agar pasien HIV tidak putus pengobatan. Layanan ini sudah berjalan di Puskesmas Pandawangi.

Edukasi HIV Melalui Musrenbang dan LSM

Tidak hanya berhenti pada penanganan medis, Dinkes juga gencar memberikan edukasi kepada masyarakat melalui forum-forum seperti musyawarah rencana pembangunan (musrenbang) yang melibatkan kelurahan, kecamatan, hingga LSM.

“Kegiatan seperti ini diusulkan langsung dari bawah. Karena terbukti efektif, langsung kami akomodasi,” ujar Meifta.

Tujuan dari kegiatan ini adalah untuk meningkatkan kesadaran masyarakat mengenai perilaku berisiko dan cara pencegahan HIV/AIDS secara umum.

Masyarakat Diimbau Tidak Diskriminatif

Meifta juga menekankan bahwa masyarakat tidak perlu khawatir atau paranoid terhadap ODHIV di lingkungan mereka. Pasalnya, HIV tidak menular melalui interaksi sosial biasa seperti jabat tangan, berbicara, atau bersentuhan.\

“Penularan HIV terjadi melalui penggunaan jarum suntik bergantian, pertukaran cairan darah, sperma, atau cairan vagina dari penderita HIV. Jadi, bukan lewat komunikasi biasa,” tegasnya.

Penutup:

Peran Aktif Masyarakat Jadi Kunci Pencegahan

Dengan strategi terintegrasi yang melibatkan pengobatan, edukasi, dan pendampingan sosial, upaya menekan laju penyebaran HIV di Kota Malang terus dilakukan secara sistematis. Masyarakat pun diajak berperan aktif dalam mendeteksi dini, mendukung sesama, dan menghapus stigma terhadap penderita.

Baca Juga: Dugaan Penyelewengan Bantuan PKH di Bondowoso, Kejari Telusuri Aliran Dana yang Tak Sampai ke KPM

*(Publisher (AZAA/KK)