#BoikotTrans7 Trending: Tayangan Xpose Tuai Kecaman dari Kalangan Santri dan DPR, Dinilai Lecehkan Pesantren dan Kyai
Tayangan Xpose Trans7 menuai kecaman dari santri, LBH Ansor, dan DPR karena dinilai melecehkan KH. Anwar Manshur dan pesantren Lirboyo.
![]() |
(Ilustrasi berita #BoikotTrans7 tayangan Xpose Trans7 dikecam santri dan DPR karena lecehkan kiai dan pesantren) |
PortalJatim24.com - Berita Terkini - Program televisi Xpose yang ditayangkan oleh Trans7 menuai kritik keras dari berbagai kalangan, setelah cuplikan videonya dinilai melecehkan martabat ulama dan pesantren, khususnya KH. Anwar Manshur, pengasuh Pondok Pesantren Lirboyo, Kediri.
Tagar #BoikotTrans7 langsung menjadi tren di media sosial, dengan ribuan warganet, santri, dan tokoh Nahdliyin menyerukan permintaan maaf terbuka dari pihak Trans7 dan CT Corp dalam waktu 1x24 jam.
Baca Barita Lainnya: Ahli Waris Korban Ponpes Al-Khoziny Terima Santunan dan Korban Selamat Dijanjikan Beasiswa dari Kemensos
LBH Ansor Siapkan Langkah Hukum
Ketua Lembaga Bantuan Hukum (LBH) Ansor Kota Kediri, Bagus Wibowo, menegaskan pihaknya tengah menyiapkan peringatan hukum terhadap pimpinan program Xpose Trans7.
“Redaksi kata-kata dalam video itu sangat tidak beradab dan cenderung melecehkan ulama. Seharusnya sebelum menayangkan, tim redaksi melakukan konfirmasi kepada pihak yang disebut dalam tayangan,” ujarnya melalui keterangan tertulis, Selasa (14/10/2025).
Menurut Bagus, pemberitaan berimbang merupakan prinsip dasar dalam etika jurnalistik. Tayangan yang menggiring opini negatif terhadap kiai, katanya, berpotensi menyesatkan publik dan merusak citra pesantren.
“Jangan sampai terkesan seolah-olah kiai ingin dihargai atau ingin mendapatkan uang. Ini pemberitaan yang tidak proporsional dan tidak mendidik,” tambahnya.
LBH Ansor juga berencana berkoordinasi dengan Himpunan Alumni Santri Lirboyo (Himasal) untuk menentukan langkah hukum lanjutan, sekaligus sowan kepada KH. Anwar Manshur guna meminta arahan dan bimbingan.
“Pada prinsipnya kami mendukung kebebasan pers, tetapi kebebasan itu tidak boleh kebablasan. Pemberitaan harus tetap berimbang dan beretika,” tegas Bagus.
Dukungan Moral dari Tokoh Pesantren
Respons keras juga datang dari Gus H. Ahmad Kafabih, pengasuh Pondok Pesantren Lirboyo dan tokoh muda Nahdliyin. Ia menyoroti meningkatnya tekanan terhadap lembaga pesantren akibat pemberitaan yang tidak proporsional.
“Pesantren akhir-akhir ini mengalami beberapa tekanan dari berbagai pihak. Kesan buruk ditampilkan oleh oknum-oknum yang tidak memahami esensi pesantren. Karena itu, mari kita kembalikan marwah dan citra pesantren,” ujar Gus Kafabih melalui akun resmi AIS Nusantara, Rabu (14/10/2025).
Pernyataan tersebut menjadi dukungan moral terhadap langkah hukum LBH Ansor. Menurutnya, pesantren harus tetap menjadi sumber nilai, moral, dan keilmuan, bukan objek olok-olok dalam media hiburan.
Desakan dari DPR dan Tokoh Nasional
Kecaman juga datang dari Anggota Komisi VIII DPR RI Fraksi PKB, Maman Imanulhaq. Ia menilai narasi yang digunakan dalam tayangan tersebut menyesatkan publik dan merendahkan martabat kiai.
“Narasi itu menggambarkan seolah-olah kiai hidup mewah, meminta uang dari santri, bahkan mengeksploitasi pesantren. Ini bukan hanya tidak pantas, tapi juga menyesatkan,” tegas Maman di Jakarta, Selasa (14/10/2025).
Maman menilai tayangan itu mencerminkan ketidaktahuan dan ketidakpekaan redaksi Trans7 terhadap kultur pesantren. Ia mendesak Trans7 segera meminta maaf secara terbuka dan melakukan evaluasi internal terhadap tim kreatif dan redaksi program Xpose.
“Media memiliki tanggung jawab besar untuk menjaga sensitivitas terhadap nilai-nilai keagamaan. Kebebasan pers tidak boleh digunakan untuk melecehkan simbol-simbol agama,” ujarnya.
Respons Publik dan Tuntutan Etika Jurnalistik
Tak hanya di kalangan pesantren, warganet dari berbagai latar belakang juga mengecam keras tayangan tersebut. Akun resmi Trans7 di Instagram dibanjiri ribuan komentar yang menuntut permintaan maaf dan tanggung jawab redaksi.
Komunitas santri seperti Santri Keren, NU Garis Lucu, dan Cahpondok, turut mengunggah kecaman serupa dan menyerukan boikot terhadap tayangan Trans7 hingga ada klarifikasi resmi.
Dalam pernyataan resmi, AIS Nusantara mendesak Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) agar memberikan teguran keras kepada Trans7.
“Santri bukan komoditas hiburan. Media seharusnya menjadi jembatan pengetahuan dan nilai, bukan mesin sensasi yang mengorbankan marwah pesantren,” tegasnya.
Menjaga Etika Media dan Martabat Pesantren
Kontroversi ini menjadi momentum penting bagi semua pihak untuk mengembalikan fungsi media sebagai sarana edukasi publik. Kritik keras terhadap Trans7 mencerminkan keprihatinan luas atas menurunnya standar etika jurnalistik di tengah persaingan konten hiburan.
Pesantren dan kiai selama ini menjadi pilar moral bangsa. Menyudutkan mereka dalam konteks hiburan, tanpa klarifikasi dan empati, hanya akan memperlebar jarak antara media dan masyarakat religius.
Seperti disampaikan LBH Ansor, kebebasan pers harus diiringi tanggung jawab sosial dan kultural. Pemberitaan yang berimbang bukan hanya kewajiban profesional, melainkan bentuk penghormatan terhadap nilai-nilai luhur bangsa.
Publisher/Red:
[Tim Redaksi portaljatim24.com (AZAA/KK)]