PBNU dan Kemenag Mengecam Tindakan Tidak Pantas Gus Elham: Dakwah Harus Menjaga Martabat Kemanusiaan

PBNU dan Kemenag mengecam tindakan Gus Elham yang viral mencium anak perempuan. Dakwah dinilai harus berakhlak, menjaga martabat dan nilai kemanusiaan

 

(Ilustrasi 3D realistis Gus Elham minta maaf, PBNU dan Kemenag dalam konferensi pers Menanggapi Kasus Tersebut)
PortalJatim24.com - Berita Terkini - Publik dihebohkan dengan video viral yang memperlihatkan pendakwah asal Kediri, Muhammad Elham Yahya Luqman (Gus Elham) mencium sejumlah anak perempuan di atas panggung saat pengajian. Tindakan tersebut langsung menuai kecaman luas dari berbagai kalangan, mulai dari PBNU, Kementerian Agama (Kemenag), hingga para tokoh masyarakat dan aktivis perlindungan anak.

Dalam video yang beredar di media sosial, Gus Elham tampak bertanya kepada seorang anak,

“Kamu boleh dicium sekali lagi nggak?”

Sang anak menjawab polos, “Boleh,” yang disambut tawa jemaah.

Namun, adegan ini justru menimbulkan amarah publik dan tudingan perilaku tidak pantas, terutama karena melibatkan anak di bawah umur.

Gelombang kritik pun membesar. Tagar dan seruan untuk “selamatkan anak-anak dari dugaan aksi pelecehan” viral di berbagai platform media sosial, memunculkan desakan agar kasus ini diusut tuntas dan menjadi pelajaran bagi para pendakwah.

Baca Berita Lainnya: KPK Dalami Dugaan Jual Tanah Negara ke Negara dan Mark Up Pengadaan Lahan Proyek Kereta Cepat Whoosh

PBNU: Dakwah Harus Menjadi Teladan, Bukan Merendahkan Martabat

Ketua Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), Alissa Wahid, menegaskan bahwa tindakan Gus Elham tidak mencerminkan akhlakul karimah dan bertentangan dengan prinsip Islam rahmatan lil ‘alamin.

“Itu menodai nilai-nilai dakwah sendiri yang seharusnya memberikan teladan melalui sikap dan lakunya kepada umat,” tegas Alissa, Selasa (11/10/2025).

Ia menegaskan, NU memiliki amanah besar untuk membangun kemaslahatan umat dengan prinsip Ahlussunnah wal Jamaah an-Nahdliyyah. Karena itu, NU menolak segala bentuk tindakan yang mencederai Maqashid Syariah, khususnya perlindungan terhadap kehormatan manusia (hifdz al-‘irdh).

Menurut Alissa, penghormatan terhadap ulama dan kiai bukan karena status sosial, tetapi karena keteladanan moral, kearifan, dan akhlak mereka.

“Setiap tokoh agama wajib menjaga diri dan berperilaku sebagai uswatun hasanah bagi umat,” tegasnya.

PBNU Bentuk Satgas SAKA untuk Pesantren Aman

Sebagai langkah konkret, PBNU juga mengumumkan pembentukan Satuan Tugas Santri dan Pesantren Aman (SAKA).

Satuan ini bertugas menanggulangi praktik kekerasan, pelecehan, dan penyimpangan di lingkungan pesantren NU.

“Pembentukan SAKA adalah wujud nyata komitmen PBNU untuk menjaga marwah pesantren serta memastikan lingkungan dakwah dan pendidikan Islam tetap berlandaskan kasih sayang, akhlak mulia, dan perlindungan terhadap kemanusiaan,” ujar Alissa.

Ia menegaskan, tidak ada ruang bagi kekerasan dan penyalahgunaan otoritas dalam dakwah Islam.

“Dakwah harus menumbuhkan kemuliaan, bukan menistakan martabat manusia,” pungkasnya. Kementerian Agama: Tindakan Itu Tidak Pantas dan Harus Dihentikan.

Baca Juga: Gelombang Penolakan Menguat:Tokoh NU, Muhammadiyah, dan Sejarawan Kompak Tolak Soeharto Jadi Pahlawan Nasional

Kecaman juga datang dari Kementerian Agama Republik Indonesia (Kemenag).

Wakil Menteri Agama (Wamenag) Muhammad Syafii, yang akrab disapa Romo Syafii, menyatakan bahwa perilaku Gus Elham tidak pantas dilakukan oleh tokoh agama.

“Saya sepakat dengan pendapat publik, dan ini harus dihentikan,” ujar Romo Syafii di Kompleks Parlemen, Jakarta, Selasa (11/11/2025).

Ia menegaskan, Kemenag memiliki kebijakan resmi melalui Surat Keputusan Dirjen Pendidikan Islam (Pendis) tentang Madrasah dan Pesantren Ramah Anak.

Aturan ini menjamin setiap peserta didik di lembaga pendidikan agama memperoleh hak-haknya dan bebas dari segala bentuk pelecehan atau kekerasan.

Romo menegaskan bahwa pengawasan terhadap pesantren dan lembaga dakwah harus ditingkatkan agar peristiwa seperti ini tidak terulang.

“Harus ada upaya serius untuk mengembalikan tokoh agama kepada posisinya yang seharusnya—menjadi panutan umat,” tambahnya.

Menteri Agama: Semua Pelanggaran Moral Harus Jadi Musuh Bersama

Sementara itu, Menteri Agama Nasaruddin Umar menegaskan bahwa tindakan apa pun yang bertentangan dengan nilai moral harus dijadikan musuh bersama.

“Semua tindakan yang bertentangan dengan moralitas harus menjadi musuh bersama,” ujarnya, Rabu (12/11/2025).

Menag menilai bahwa perilaku seperti ini bukan hanya merugikan diri pribadi, tetapi juga mencoreng institusi dan lembaga dakwah yang menaunginya.

Namun, ia juga mengingatkan masyarakat agar tidak menggeneralisasi kasus ini ke seluruh lembaga keagamaan.

“Kita harus berpikir matang. Kasus seperti ini diselesaikan secara kasuistik. Tidak semua lembaga keagamaan melakukan hal serupa,” jelasnya.

Lebih lanjut, Menag menegaskan bahwa Kemenag terus membangun sistem pembinaan pesantren yang kolaboratif untuk memastikan seluruh lembaga keagamaan menjadi ruang aman dan ideal bagi masyarakat.

“Pondok pesantren harus menjadi contoh bagi masyarakat yang beradab, etis, dan menjaga kemanusiaan,” tegas Nasaruddin.

Baca Juga: Badai Kritik Usai Soeharto Dianugerahi Gelar Pahlawan: Sejarah, KKN, dan Pelanggaran HAM Dikupas Publik

Gus Elham Akui Kesalahan dan Minta Maaf

Setelah gelombang kecaman, Gus Elham Yahya Luqman akhirnya menyampaikan permohonan maaf secara terbuka melalui akun Instagram resminya, @mtibadallah, Rabu (12/11/2025).

“Saya mengaku bahwa hal tersebut merupakan kekhilafan dan kesalahan saya pribadi. Saya berkomitmen untuk memperbaiki dan menjadikan peristiwa ini sebagai pelajaran berharga agar tidak mengulangi hal serupa di masa mendatang,” tulisnya.

Ia juga mengklaim bahwa video tersebut adalah rekaman lama dan bahwa anak-anak yang dicium berada di bawah pengawasan orang tua masing-masing.

Meski demikian, permintaan maaf itu tidak meredam kekecewaan publik. Banyak pihak menilai bahwa permintaan maaf tidak cukup tanpa tindakan nyata untuk memastikan perlindungan anak dan etika dakwah ditegakkan.

Refleksi Publik: Dakwah Bukan Panggung Kekuasaan, Tapi Ruang Keteladanan

Kasus viral ini menjadi pengingat penting bagi para pendakwah dan tokoh agama bahwa otoritas spiritual datang bersama tanggung jawab moral.

Dakwah sejatinya bukanlah panggung untuk menunjukkan kekuasaan, tetapi ruang suci untuk menanamkan kasih sayang, ilmu, dan keteladanan.

Kecaman dari PBNU dan Kemenag mempertegas komitmen bahwa agama Islam harus hadir sebagai pelindung, bukan sumber ketakutan.

Tindakan-tindakan yang mencederai martabat manusia, terutama anak-anak, bukan hanya pelanggaran hukum, tetapi juga pengkhianatan terhadap nilai-nilai keislaman

Publisher/Red:

[Tim Redaksi portaljatim24.com (AZAA/KK)]