Fakta Psikologis Jarang Disadari: Gen Z Mengalami FOMO dan JOMO dalam Satu Hari
![]() |
(Ilustrasi Gen Z alami FOMO dan JOMO dalam satu hari secara psikologis) |
PortalJatim24.com - FAKTA- FOMO (Fear of Missing Out) dan JOMO (Joy of Missing Out) adalah dua kondisi psikologis yang saling berlawanan namun sering kali dialami oleh individu, terutama generasi Z.
Menurut Dr. Andrew Przybylski, peneliti dari University of Oxford, FOMO adalah "perasaan cemas yang muncul karena seseorang merasa tertinggal atau tidak ikut dalam pengalaman menarik yang dirasakan orang lain." FOMO sering kali diperkuat oleh media sosial yang menyuguhkan momen terbaik dari kehidupan orang lain secara terus-menerus.
Sementara itu, JOMO adalah kebalikan dari FOMO. Menurut Christina Crook, penulis buku The Joy of Missing Out, JOMO adalah kondisi mental di mana seseorang merasa tenang dan puas dengan pilihannya untuk tidak terlibat dalam keramaian atau tren, dan menikmati waktunya sendiri.
Baca Juga: Fakta Psikologis: Gen Z Rentan "Insecure Culture" Membandingkan Dirinya dengan Orang Lain
Mengapa Gen Z Rentan Mengalami FOMO dan JOMO Bersamaan?
Karakteristik Digital Native
Gen Z adalah generasi yang lahir antara tahun 1997–2012 dan tumbuh dalam lingkungan digital yang sangat dinamis. Mereka terbiasa dengan:
-Notifikasi real-time
-Akses instan ke kehidupan orang lain melalui Instagram, TikTok, dan Twitter
-Standar kebahagiaan dan kesuksesan yang dibentuk oleh algoritma
Lonjakan Emosional dalam Satu Hari
Kondisi ini menjadikan mereka rentan mengalami roller-coaster emosional:
Pagi Hari - FOMO Memuncak
Di pagi hari, saat membuka media sosial dan melihat teman-teman mereka:
-Liburan ke Bali
-Nongkrong di kafe estetik
-Upload pencapaian kerja/freelance
Gen Z cenderung merasa tertinggal, minder, dan takut kehilangan momen yang seharusnya mereka alami.
Malam Hari - JOMO Menenangkan
Di malam hari, setelah aktivitas selesai, mereka cenderung:
-Menonaktifkan media sosial
-Menghargai waktu sendiri
-Menikmati journaling, membaca, atau sekadar rebahan
Inilah saat munculnya JOMO: sebuah ketenangan yang datang dari kesadaran untuk tidak perlu ikut semua hal.
Dampak Psikologis: Positif dan Negatif
Dampak FOMO
-Meningkatkan kecemasan sosial (social anxiety)
-Menurunkan kepercayaan diri
-Meningkatkan penggunaan media sosial secara kompulsif
-Mempengaruhi kualitas tidur dan produktivitas
Dampak JOMO
-Meningkatkan mindfulness
-Menurunkan tekanan sosial
-Meningkatkan kualitas hubungan dengan diri sendiri
-Menyeimbangkan kebutuhan digital dan personal
Solusi untuk Menyeimbangkan FOMO dan JOMO
Self-Awareness Digital
Sadari kapan kamu mulai merasa cemas karena FOMO. Gunakan fitur "Screen Time" atau "Digital Wellbeing" untuk mengontrol penggunaan media sosial.
Digital Detox Bertahap
Coba:
-Hari tanpa notifikasi
-Puasa medsos setiap akhir pekan
-Membatasi screen time maksimal 2 jam/hari
Ganti dengan Aktivitas Bermakna
-Gantilah waktu scrolling dengan:
-Journaling
-Meditasi
-Ngobrol dengan teman secara langsung
-Mengikuti komunitas yang positif secara offline
Terima Diri dan Fokus ke Realita
Pahami bahwa tidak semua hal yang diposting di medsos adalah realita sepenuhnya. Fokus pada:
-Proses, bukan hasil
-Pertumbuhan pribadi, bukan validasi orang lain
Apa yang Terjadi di Otak Saat FOMO dan JOMO?
Aktivasi Amygdala dan Rasa Cemas
Secara psikologis dan neurologis, perasaan FOMO (Fear of Missing Out) berkaitan erat dengan aktivasi amygdala, bagian otak yang berfungsi mendeteksi ancaman. Ketika seseorang melihat aktivitas teman-temannya di media sosial yang tampak lebih seru atau sukses, amygdala akan mengirim sinyal bahaya atau ketertinggalan sosial, memicu rasa cemas, panik, atau tidak nyaman.
Menurut Dr. Andrew Huberman, seorang ahli neurobiologi dari Stanford University, amygdala sangat aktif dalam situasi sosial digital, terutama saat kita merasa "tertinggal" dari lingkungan sekitar.
Peran Dopamin dan Kecanduan Notifikasi
Efek selanjutnya terjadi pada sistem dopamin, yaitu zat kimia otak yang mengatur rasa senang dan motivasi. Setiap kali seseorang menerima like, komentar, atau notifikasi, otak melepaskan dopamin sebagai bentuk "reward instan", membuat otak ingin terus mengulang aktivitas tersebut.
Inilah yang menyebabkan kecanduan media sosial, sekaligus memperkuat siklus FOMO.
Ketika JOMO Mengambil Alih: Otak Lebih Relaks
Berbeda dari FOMO, saat seseorang mengalami JOMO (Joy of Missing Out), bagian otak yang aktif lebih dominan pada area yang bertanggung jawab atas ketenangan, fokus, dan pengaturan emosi, seperti korteks prefrontal dan insula.
-Kondisi ini membantu seseorang:
-Lebih tenang secara emosional
-Fokus pada apa yang penting
-Lebih sadar diri tanpa perlu validasi eksternal
Dampak FOMO dan JOMO pada Produktivitas dan Keputusan Hidup
FOMO: Mengganggu Fokus dan Keputusan
FOMO secara tidak sadar bisa mengganggu fokus belajar, membuat seseorang sulit menyelesaikan pekerjaan atau tugas karena terus tergoda mengecek media sosial. Dalam jangka panjang, hal ini dapat berdampak pada:
-Penurunan performa akademik atau kerja
-Ketidakpuasan dalam hidup karena terus membandingkan diri
-Hubungan percintaan yang tidak sehat karena selalu merasa "pasangan lain lebih bahagia"
Penelitian dari Journal of Behavioral Addictions (2018) menyebutkan bahwa FOMO secara signifikan memengaruhi keseimbangan emosi dan penurunan produktivitas harian.
JOMO: Meningkatkan Kualitas Hidup
Sebaliknya, JOMO justru membuat seseorang lebih mampu menyeleksi kegiatan yang benar-benar penting. Gen Z yang mampu mengelola JOMO biasanya:
-Memiliki self-awareness lebih tinggi
-Tidak mudah tergoda oleh "trend"
-Lebih bahagia dengan sedikit tapi bermakna interaksi sosial
Dengan demikian, JOMO bisa mendorong gaya hidup mindful yang berdampak positif pada karier, kesehatan mental, dan relasi sosial.
FAQ
Apa beda FOMO dan JOMO?
FOMO adalah rasa takut tertinggal, sedangkan JOMO adalah rasa bahagia saat memilih tidak ikut keramaian.
Apakah FOMO berbahaya?
Jika berlebihan, FOMO bisa menyebabkan gangguan kecemasan dan menurunkan produktivitas.
Apakah JOMO berarti antisosial?
Tidak. JOMO justru menandakan kedewasaan untuk memilih prioritas dan ketenangan diri.
Bagaimana cara tahu saya mengalami FOMO?
Jika kamu merasa cemas, takut ketinggalan, atau terus-terusan membuka medsos tanpa tujuan, kamu mungkin mengalami FOMO.
Penutup:
Memahami Fakta Psikologis Ini untuk Keseimbangan Emosional
Gen Z adalah generasi yang luar biasa adaptif namun rentan terhadap efek samping kehidupan digital. Mengalami FOMO dan JOMO dalam satu hari bukanlah kegagalan, melainkan realita psikologis yang bisa dikelola dengan kesadaran dan strategi yang tepat.
Dengan memahami fakta psikologis ini, Gen Z dapat lebih bijak dalam menggunakan teknologi dan lebih sadar akan kebutuhan mental mereka sendiri.
Baca Juga: Fakta Psikologis Mengapa Manusia Tidak Bisa Menelan dan Bernapas Bersamaan
*(Penulis/Publisher (AZAA)
Referensi:
Przybylski, A. K. (2013). Motivational, emotional, and behavioral correlates of fear of missing out. Computers in Human Behavior
Crook, C. (2015). The Joy of Missing Out: Finding Balance in a Wired World.
Pew Research Center, 2023: Gen Z and Media Consumption
American Psychological Association: Digital Stress in Youth