Putra Pendiri NU dan Dzuriyah Tebuireng Serukan Islah atas Polemik Risalah Syuriah: PBNU Siapkan Pertemuan Besar di Lirboyo
![]() |
| (Ilustrasi polemik PBNU dan seruan islah kiai sepuh 2025) |
Ia menegaskan, dalam tradisi NU tidak dikenal adanya pemecatan Ketua Umum PBNU, sehingga informasi yang beredar memerlukan tabayun dan klarifikasi yang benar.
“Kami prihatin ada informasi yang tidak solid diterima sehingga terjadi risalah demikian. Mestinya ada tabayun atau penjelasan dari pihak yang dituduh,” ujar KH Hasib Wahab di Jombang, Minggu malam.
Baca Berita Lainnya: PBNU Ambil Sikap: Cabut Mandat Penasihat Internasional, Rapat Alim Ulama Pastikan Tidak Ada Pergantian Ketum
Pengasuh Ponpes Bahrul Ulum Tambakberas ini mengungkap bahwa memang terdengar kabar tentang pemanggilan Gus Yahya oleh Rais Aam secara empat mata. Namun, risalah yang beredar justru tidak ditandatangani Katib Aam, padahal surat resmi seharusnya dibubuhi tanda tangan Rais Aam dan Katib Aam.
KH Hasib berharap besar agar situasi ini segera mereda melalui jalur perdamaian, “Ke depan, insya-Allah sebagai dzurriyyah pendiri NU, kami akan bermusyawarah agar bisa terjadi islah.”
Beliau menegaskan perlunya peran para kiai sepuh dalam memberikan solusi terbaik bagi organisasi.
Latar Belakang Polemik: Risalah Rapat Harian Syuriyah PBNU 20 November 2025
Polemik berawal dari Rapat Harian Syuriyah PBNU pada 20 November 2025 di Jakarta Selatan, yang dihadiri 37 dari 53 pengurus. Risalah yang beredar memuat permintaan agar Gus Yahya mengundurkan diri sebagai Ketua Umum PBNU.
Risalah itu ditandatangani oleh Rais Aam PBNU, KH Miftachul Akhyar, dan disebut memuat beberapa poin, antara lain:
1. Dugaan Kehadiran Narasumber Berafiliasi Zionisme
Raparnya menyoroti undangan narasumber yang diduga terkait jaringan zionis internasional dalam Akademi Kepemimpinan Nasional Nahdlatul Ulama (AKN NU). Kehadiran narasumber tersebut dinilai:
-Melanggar nilai Ahlusunah wal Jamaah
-Bertentangan dengan Muqaddimah Qanun Asasi NU
Memenuhi ketentuan Pasal 8 huruf a, Peraturan Perkumpulan NU No. 13 Tahun 2025, tentang pemberhentian fungsionaris yang mencemarkan nama baik organisasi.
2. Tuntutan Mundur dalam Tiga Hari
Rapat juga disebut menghasilkan keputusan agar Gus Yahya mengundurkan diri dalam waktu tiga hari sejak 20 November 2025. Bila tidak, Syuriyah PBNU diklaim berhak memberhentikan Ketua Umum.
Sikap Resmi Gus Yahya: Tidak Mundur dan Belum Terima Surat Resmi
Ketua Umum PBNU, KH Yahya Cholil Staquf, menegaskan bahwa dirinya tidak berniat mundur dan akan menuntaskan masa amanah lima tahunnya sesuai hasil Muktamar ke-34.
“Masa amanah saya berlaku lima tahun dan akan dijalankan penuh,” tegasnya di Surabaya.
Ia juga menuturkan bahwa sampai saat ini belum menerima surat resmi apa pun mengenai permintaan pengunduran diri.
Baca Juga: Kontroversi Risalah Rapat Syuriyah PBNU: Surat Tabayun, Sikap Tegas Gus Yahya, dan Reaksi PCNU di Daerah
Pertemuan Kiai Sepuh Akan Digelar di Lirboyo
Di tengah memanasnya dinamika internal, para kiai sepuh memutuskan untuk menggelar pertemuan besar di Pondok Pesantren Lirboyo, Kediri.
Nama-nama kiai sepuh yang akan hadir antara lain:
-KH Nurul Huda Djazuli
-KH Anwar Manshur (Lirboyo)
-Abuya Muhtadi Dimyati (Banten)
-Dan sejumlah ulama kharismatik lainnya
“Para kiai sepuh sepakat menggelar pertemuan dalam waktu dekat. Tempatnya sudah disepakati di Pesantren Lirboyo,” ungkap Gus Yahya di Jakarta.
Pertemuan tersebut akan menjadi forum moral tertinggi untuk mencari solusi terbaik bagi masa depan PBNU.
Pernyataan Resmi PBNU: Tidak Ada Pemakzulan
Dalam silaturahim alim ulama, PBNU menegaskan secara kolektif bahwa Gus Yahya tetap melanjutkan kepengurusan sampai periode berakhir.
Katib Aam PBNU, KH Ahmad Said Asrori, menegaskan:
“Semua sepakat, tidak ada pemakzulan, tidak ada pengunduran diri. Kepengurusan harus selesai satu periode.”
Respons Tokoh NU Jombang: Prihatin dan Dorong Penyelesaian Melalui Mekanisme Organisasi
Dzurriyyah Tebuireng sekaligus Ketua Tanfidziyah PCNU Jombang, KH Fahmi Amrullah Hadzik, juga menyatakan keprihatinan mendalam atas polemik ini.
Beliau menilai keputusan yang beredar berpotensi menjadi preseden buruk.
“Serahkan semua keputusan melalui mekanisme organisasi. Semua pihak harus menahan diri.”
Menurutnya, PBNU bukan hanya ketua umum; ada jajaran syuriyah dan tanfidziyah yang harus bergerak bersama demi stabilitas organisasi.
Baca Juga: Dinamika PBNU 2025: Risalah Syuriah, Permintaan Mundur KH Yahya Cholil Staquf, dan Sikap Resmi Organisasi
Optimisme Penyelesaian: NU Terbiasa dengan Dinamika Besar
KH Zulfikar As’ad, Pengasuh Ponpes Darul Ulum Rejoso Peterongan sekaligus pengurus PBNU, menyebut perbedaan adalah dinamika biasa dalam organisasi besar seperti NU.
Beliau menilai persoalan ini bisa diselesaikan melalui pertemuan dan silaturahmi.
“Saya optimis persoalan ini dapat diselesaikan dengan baik.”
Jalan Islah dan Musyawarah Menjadi Harapan Utama
Polemik internal PBNU yang mencuat dari risalah rapat Syuriyah kini mendorong dzurriyyah pendiri, kiai sepuh, dan para tokoh NU untuk bergerak bersama mencari solusi terbaik.
Islah, tabayun, dan musyawarah menjadi jalan yang terus didengungkan agar NU kembali solid, stabil, dan mampu menjaga marwah organisasi warisan para ulama.
Publisher/Red:
[Tim Redaksi portaljatim24.com (AZAA/KK)]
