Fakta: Mengapa Gen Z di Indonesia Rentan Mengalami Burnout di Usia Muda?
![]() |
(Ilustrasi Gen Z mengalami burnout akibat tekanan akademik dan sosial digital di Indonesia) |
Baca Juga: Fakta: Tren 'Healing' di Kalangan Gen Z, Antara Kebutuhan Atau Gaya Hidup ?
Siapa Itu Gen Z dan Apa Ciri Khas Mereka?
Gen Z adalah generasi yang lahir antara tahun 1997 hingga 2012. Di Indonesia, kelompok ini mencakup pelajar, mahasiswa, hingga profesional muda. Mereka tumbuh di tengah kemajuan teknologi yang pesat, sehingga dikenal sebagai:
-Digital native: mahir menggunakan internet dan gadget sejak kecil
-Serba cepat: terbiasa dengan akses informasi instan
-Multitasking: mengerjakan banyak hal dalam waktu bersamaan
-Ekspresif di media sosial, namun cenderung tertutup secara emosional
Meski terlihat dinamis, pola hidup ini membuat Gen Z rentan mengalami tekanan mental yang kerap tidak disadari.
Apa Itu Burnout?
Pengertian Burnout Menurut Ahli
Menurut World Health Organization (WHO), burnout adalah kondisi kelelahan kronis akibat stres yang berkepanjangan, khususnya dari tekanan kerja atau akademik. Burnout bukan sekadar lelah biasa, melainkan gangguan serius yang memengaruhi fisik, emosi, dan motivasi.
Tanda-tanda umum burnout:
-Merasa lelah terus-menerus meskipun sudah istirahat
-Kehilangan semangat belajar/kerja
-Menjadi sinis, mudah marah, dan tidak fokus
-Menarik diri dari aktivitas sosial
-Merasa gagal atau tidak berharga
Mengapa Gen Z Rentan Mengalami Burnout di Usia Muda?
✔Tekanan Akademik dan Target Pendidikan Tinggi
Banyak anak muda dibebani harapan besar untuk sukses akademik dan memiliki karier mapan sejak dini. Sistem pendidikan yang kompetitif, tugas menumpuk, serta tekanan untuk masuk universitas ternama memperparah stres.
✔Terlalu Lama Terpapar Media Sosial
Gen Z menghabiskan rata-rata 6–8 jam per hari di media sosial. Hal ini memicu:
-Perbandingan sosial (social comparison)
-Keinginan tampil sempurna secara online
-Ketergantungan validasi dari likes dan komentar
-FOMO (fear of missing out)
Semua ini menurunkan self-esteem dan menimbulkan kelelahan emosional.
✔Budaya Hustle dan Produktivitas Berlebihan
Kalimat seperti “anak muda harus hustle dari sekarang” menciptakan tekanan tak sehat. Banyak Gen Z merasa harus selalu aktif, punya side hustle, atau konten produktif agar dianggap ‘berhasil’. Padahal, tubuh dan pikiran manusia butuh istirahat.
✔Ketidakpastian Masa Depan
Krisis iklim, konflik global, resesi ekonomi, dan lapangan kerja yang tidak stabil membuat Gen Z cemas terhadap masa depan. Ketidakpastian ini menggerogoti motivasi dan rasa aman mereka.
✔Kurangnya Literasi Kesehatan Mental
Stigma terhadap kesehatan mental masih tinggi di banyak lingkungan Gen Z, terutama di keluarga. Akibatnya, banyak yang memilih diam meskipun mengalami gejala burnout.
Dampak Burnout Bagi Gen Z
Burnout bukan masalah sepele. Jika dibiarkan, dampaknya bisa merambat ke banyak aspek kehidupan:
-Prestasi menurun
-Isolasi sosial
-Kecemasan berlebihan
-Depresi
-Gangguan tidur dan pola makan
Statistik Burnout Gen Z Indonesia
✔Menurut survei Katadata Insight (2023), 43% mahasiswa di Indonesia mengalami tanda-tanda burnout sebelum usia 23 tahun.
✔Laporan Riliv 2024 menyebutkan peningkatan 60% sesi konseling dari Gen Z usia 17–25 tahun dalam dua tahun terakhir.
✔Kemenkes RI mencatat bahwa lebih dari 30% remaja usia 15–24 tahun mengalami gejala stres kronis selama masa transisi pasca pandemi.
✔BPS (2022) melaporkan bahwa tekanan psikologis meningkat pada pelajar dan pekerja muda akibat beban kerja yang tidak seimbang dan ketidakpastian karier.
✔Survei RuangGuru dan SehatQ (2023) mengungkap bahwa 52% pelajar SMA dan mahasiswa menyatakan pernah merasa burnout dan kehilangan motivasi belajar secara tiba-tiba.
Bagaimana Cara Mengatasi Burnout?
✔Pahami Batasan Diri
Belajar mengatakan “tidak” dan mengenali kapan tubuh serta pikiran membutuhkan istirahat.
✔Terapkan Pola Hidup Seimbang
-Tidur cukup
-Konsumsi makanan bergizi
-Olahraga rutin
✔Kurangi Paparan Media Sosial
Lakukan digital detox secara berkala untuk mengurangi perbandingan sosial.
✔Gunakan Teknik Manajemen Stres
-Journaling
-Meditasi
-Metode Pomodoro
✔Cari Bantuan Profesional
Konsultasi psikolog atau layanan konseling online seperti Riliv, Bicarakan.id, atau Halodoc.
Tips Praktis Mencegah Burnout Sejak Dini
-Buat to-do list realistis
-Hindari multitasking ekstrem
-Bangun rutinitas sehat
-Jadwalkan me-time
-Fokus pada progres, bukan perfeksi
FAQ (Pertanyaan Umum)
Apakah Burnout Sama dengan Depresi?
Tidak. Tapi burnout kronis bisa berkembang menjadi depresi jika tidak ditangani.
Apakah Burnout Bisa Terjadi pada Pelajar?
Ya, terutama di tengah tekanan tugas, organisasi, dan target akademik tinggi.
Apakah Media Sosial Bisa Jadi Pemicu Burnout?
Ya. Penggunaan berlebihan dapat memicu kecemasan dan perasaan tidak cukup.
Kesimpulan: Gen Z dan Burnout Adalah Isu Nyata
Burnout bukan tren, melainkan isu kesehatan mental serius yang semakin umum terjadi di kalangan Gen Z. Dengan memahami gejala dan penyebabnya, serta menerapkan solusi yang tepat, generasi muda Indonesia dapat meminimalkan dampaknya dan menjaga keseimbangan hidup. Karena burnout bisa dialami siapa saja, tapi bisa dicegah sejak dini terutama oleh mereka yang berani peduli pada diri sendiri.
Baca Juga: Fakta Studi: Gen Z Cenderung Sulit Mengenali Emosi Negatif Diri Sendiri
Publisher/Penulis:[Tim Redaksi portaljatim24.com (AZAA/KK)]