Fakta: Tren 'Healing' di Kalangan Gen Z, Antara Kebutuhan Atau Gaya Hidup ?

Tren healing di kalangan Gen Z makin populer sebagai respons atas tekanan digital dan kesehatan mental. Simak penjelasan lengkap.

(Ilustrasi Tren 'Healing' di Kalangan Gen Z, Antara Kebutuhan Atau Gaya Hidup)
Portaljatim24.com - Fakta - Belakangan ini, istilah healing menjadi bagian tak terpisahkan dari percakapan anak muda, khususnya generasi Z. Kata ini tidak lagi terdengar asing di media sosial, obrolan sehari-hari, hingga menjadi bagian dari strategi pemasaran berbagai produk dan layanan. Gen Z - generasi yang lahir antara tahun 1997 hingga 2012 - dikenal sebagai generasi yang sangat peduli dengan kesehatan mental dan kesejahteraan emosional.

Di tengah tekanan akademik, sosial, dan digital, healing menjadi simbol kebebasan, pelarian, bahkan bentuk perlawanan terhadap stres modern. Namun, apakah healing benar-benar kebutuhan psikologis, atau justru sudah berubah menjadi gaya hidup yang dikomodifikasi?

Baca Juga: Fakta Studi: Gen Z Cenderung Sulit Mengenali Emosi Negatif Diri Sendiri

Fakta Munculnya Tren Healing di Kalangan Gen Z

Fenomena healing di kalangan Gen Z bukanlah hal yang tiba-tiba muncul tanpa sebab. Ada sejumlah faktor yang mendorong generasi ini menjadikan healing sebagai kebutuhan harian, bahkan kadang berujung pada gaya hidup.

Menurut data Google Trends Indonesia, pencarian kata healing melonjak sejak pandemi COVID-19, terutama di kalangan usia 17–30 tahun. Hal ini selaras dengan meningkatnya kesadaran akan pentingnya menjaga mental health.

Beberapa indikator lain yang menunjukkan tren healing di kalangan Gen Z:

-Munculnya komunitas daring bertema self-healing dan mindfulness.

-Banyaknya konten TikTok dengan tagar #healing, #mentalhealthawareness, #selfcare.

-Meningkatnya layanan psikologi online seperti Riliv, Bicarakan.id, dan Mindtera.

Apa Itu Healing Menurut Gen Z?

Makna Healing dari Perspektif Psikologi

Menurut American Psychological Association (APA), healing merupakan proses pemulihan dari luka emosional dan trauma. Namun di era media sosial, definisinya menjadi lebih luas. Gen Z kerap menggunakan istilah healing untuk menggambarkan segala bentuk aktivitas yang membawa ketenangan, kenyamanan, dan pemulihan emosi.

Versi Healing Menurut Gen Z

Healing adalah perjalanan ke alam - seperti ke pantai, hutan, atau bukit.

Healing adalah me-time - menonton film, baca buku, atau rebahan tanpa gangguan.

Healing adalah self-reward - belanja online, skincare-an, makan enak.

Healing adalah journaling dan meditasi - proses refleksi diri.

Healing adalah staycation - menginap di tempat nyaman dan tenang.

Mengapa Healing Menjadi Penting Bagi Gen Z?

Tekanan Sosial dan Budaya Digital

Gen Z hidup di era yang serba cepat dan terbuka. Setiap harinya mereka disuguhkan berbagai tekanan:

Tekanan akademik dan karier: dituntut sukses sejak muda.

Media sosial: tekanan untuk tampil sempurna, fear of missing out (FOMO), dan perbandingan sosial.

Krisis eksistensial: rasa cemas akan masa depan, perubahan iklim, hingga konflik dunia.

Keluarga dan budaya: stigma terhadap kesehatan mental masih kerap muncul.

Data Terkini Kesehatan Mental Gen Z

Studi APA 2022 menunjukkan bahwa 74% Gen Z melaporkan mengalami stres berat.

Menurut Komnas Perlindungan Anak, permintaan layanan konseling meningkat 40% dari usia 15–24 tahun dalam dua tahun terakhir.

Inilah yang menjadikan healing bukan sekadar tren, melainkan bentuk perlawanan terhadap tekanan psikologis yang mereka alami.

Healing: Kebutuhan atau Gaya Hidup?

Ketika Healing Jadi Gaya Hidup Konsumtif

Sayangnya, tren ini juga dibajak oleh industri untuk kepentingan bisnis. Healing kini sering diasosiasikan dengan:

-Trip ke resort mahal

-Spa dan wellness berbiaya tinggi

-Staycation eksklusif

-Produk self-care branded

Ini menimbulkan kesan bahwa healing adalah sesuatu yang harus “dibeli”, padahal sejatinya healing bisa dilakukan secara sederhana dan murah.

Ketimpangan Makna Healing

“Kalau tidak bisa healing ke Bali, berarti belum move on.” narasi populer di media sosial yang menciptakan standar palsu.

Kondisi ini membuat sebagian anak muda merasa healing hanya bisa dilakukan jika memiliki uang. Padahal, esensi healing adalah pemulihan batin—bukan pamer gaya hidup.

Jenis-Jenis Healing Favorit Gen Z

✔Healing ke Alam

Wisata alam seperti pantai tersembunyi, air terjun, dan bukit savana menjadi pilihan karena mampu memberikan ketenangan psikologis dan efek grounding.

✔Staycation dan Slow Travel

Gen Z suka berlibur tapi tidak selalu untuk eksplorasi ekstrem. Staycation di vila atau homestay dengan suasana hening kini populer karena bisa memfasilitasi introspeksi diri.

✔Journaling dan Mindfulness

Menulis jurnal menjadi cara healing yang efektif untuk menata emosi, merapikan pikiran, dan melatih self-awareness.

✔Konseling dan Terapi Psikologis

Meningkatnya akses ke layanan konseling online membuat Gen Z lebih terbuka terhadap terapi. Ini menunjukkan peningkatan literasi psikologi dan hilangnya stigma mencari bantuan profesional.

Dampak Positif Healing

-Menurunkan tingkat stres dan kecemasan

-Memperbaiki kualitas tidur

-Meningkatkan rasa syukur dan ketenangan

-Membentuk kebiasaan self-care yang sehat

-Membantu proses refleksi dan pengambilan keputusan

Healing, jika dilakukan dengan niat dan metode yang tepat, dapat menjadi alat pemulihan psikologis yang sangat efektif.

Risiko jika Healing Disalah artikan

-Menjadi pelarian dari tanggung jawab

-Meningkatkan sikap konsumtif berlebihan

-Ketergantungan pada “momen escape”

-Menjadikan healing sebagai ajang validasi sosial (pamer di medsos)

Solusi: Cara Healing yang Sehat, Murah, dan Bermakna

Berikut tips agar healing tidak menjadi gaya hidup palsu:

✔Tentukan Tujuan Healing

Fokuskan pada apa yang ingin dipulihkan, bukan sekadar destinasi. Apakah healing untuk kelelahan kerja, masalah emosional, atau kebingungan arah hidup?

✔Lakukan Aktivitas yang Sesuai dengan Kepribadian

Introvert mungkin merasa nyaman dengan journaling, sedangkan ekstrovert lebih cocok dengan komunitas healing seperti sharing circle.

✔Batasi Eksposur Medsos Saat Healing

Jika memungkinkan, lakukan digital detox. Hindari konten yang memicu perbandingan atau ekspektasi palsu tentang hidup orang lain.

✔Coba Praktik Self-Healing Sehari-hari

Healing tidak harus menunggu waktu libur. Bisa dimulai dari:

-Jalan kaki di pagi hari

-Mengatur napas dan meditasi 10 menit

-Menulis hal-hal yang disyukuri setiap malam

✔Pertimbangkan Bantuan Profesional

Jika healing mandiri tidak cukup, jangan ragu menemui psikolog. Tersedia banyak layanan gratis atau terjangkau khusus Gen Z.

Pertanyaan Umum yang Sering Dicari User

Apakah Healing Harus Mahal?

Tidak. Healing bisa dilakukan secara gratis seperti berjemur, mendengarkan musik, atau olahraga ringan. Yang penting adalah niat dan konsistensi.

Bagaimana Cara Healing bagi yang Sibuk?

Coba healing mikro (micro-healing): seperti 10 menit journaling atau 5 menit meditasi. Healing tidak selalu butuh waktu lama.

Apakah Healing Bisa Dilakukan Tanpa Liburan?

Bisa. Healing bukan soal tempat, tapi proses merawat diri secara emosional dan spiritual.

Apakah Healing Bisa Menyelesaikan Masalah?

Healing membantu memulihkan emosi, tapi tidak selalu menyelesaikan masalah. Gabungkan dengan refleksi, konseling, atau keputusan yang sehat.

Kesimpulan: Healing, Gaya Hidup yang Harus Dikritisi

Healing di kalangan Gen Z adalah fakta sosial sekaligus fenomena psikologis. Ia lahir dari tekanan hidup yang kompleks, namun kemudian dijadikan tren yang kerap dimanfaatkan secara konsumtif.

Kita perlu membedakan antara kebutuhan psikologis dan pencitraan gaya hidup. Healing yang otentik adalah healing yang menyentuh ke dalam, bukan sekadar ke luar.

Healing adalah hak setiap manusia, bukan komoditas yang dijual mahal.

Baca Juga: Fakta Hasil Studi: Screen Time Lebih dari 8 Jam Picu Overstimulasi Otak


Publisher/Penulis:[Tim Redaksi portaljatim24.com (AZAA/KK)]


Referensi:

American Psychological Association (2022). Stress in America: Gen Z’s Mental Health Crisis.

WHO (2023). Mental Health and Young People. 

McKinsey & Company (2023). Gen Z and Mental Wellness in Asia.